MEDIA LOKAL RAMAH & AKURAT

Kamis, 27 Juni 2013

*POLITIK ETNIS DAN STRATEGI GERAKAN


Secara umum, keragaman etnis pada kajian politik etnis dapat dilihat dari pola politiknya sepanjang sejarah selalu dinamis hingga hal-hal taktis seperti bagaimana peran etnis dalam kancah global dan posmodern. Politik identitas sendiri adalah politik yang kajiannya terfokus pada permasalahan yang menyangkut perbedaan-perbedaan yang didasarkan atas asumsi-asumsi fisik. Masalah-masalah itu mencakup persoalan politik yang dimunculkan akibat problematika gender, feminisme dan maskulinisme. Persoalan politik etnis secara mendasar berbeda fisik dan karakter fisiologis, dan pertentangan-pertentangan yang dimunculkannya, atau persoalan-persoalan politik karena perbedaan agama, kepercayaan, dan bahasa dalam situasi yang sangat multidimensional, multikultural, multietnis.
Politik identitas (etnis) adalah rasa memiliki dari seseorang kepada sebuah kelompok tertentu, dan merupakan bagian dari pemikiran, persepsi, perasaan dan sikap seseorang yang merupakan kewajiban bagi keanggotaan kelompok etnis. Seharusnya politik identitas (Etnis) dilihat secara arif dan bijaksana semestinya menempatkan perbedaan sebagai kekayaan dan rahmat bukan sebagai lawan identitasnya. Perbedaan kultur dalam masyarakat kadang memunculkan sikap primordial dalam masyarakat, bahkan pula sikap tersebut bisa menimbulkan konflik antar masyarakat. Hal ini diakibatkan karena adanya perebutan sumberdaya dan kepentingan politik. Di samping itu, disebabkan juga karena sangat berkaitan dengan nilai-nilai budaya dalam masyarakat itu sendiri. Sebab, nilai-nilai budaya memainkan peranan penting dalam konflik politik karena pada dasarnya warga masyarakat akan kembali ke nilai-nilai budaya dan kelompok
primordial masing-masing bila terlibat konflik dengan pihak lain, selain merasa tidak puas dengan perkembangan politik.
Berbicara tentang etnisitas cukup luas untuk dikaji dan digali dari berbagai sudut pandang karena dilatarbelakangi oleh berbagai perbedaan simbol budaya dan kultur yang ada di masyarakat. Namun di sisi yang lain, etnisitas tidak saja dikategorikan sebagai masyarakat, yang mana dalam kelompok etnis terlihat adanya kultur dan budaya serta pertalian keluarga. Akan tetapi, dalam perkembangan sosial politik, etnis telah menjadi sebuah identitas politis, karena dalam perkembangan politik terutama di ranah lokal identitas etnis sering dipergunakan untuk membangun kebersamaan masyarakat dalam konteks kepentingan politik.
 dalam idunia politik-pun identitas etnikpun bisa dipilah sebagai identitas murni dan identitas politis. Identitas etnik menjadi identitas politis manakala identitas itu dipergunakan demi tujuan tertentu untuk memperoleh kemanfaatan tertentu. Dalam mencapai tujuan atau kepentingan tertentu etnis selalu digunakan oleh sekelompok orang atau individu-individu untuk mempermulus kepentingan mereka dan bahkan kadangkala etnis juga digunakan sebagai simbol politik dalam memperjuangkan kepentingan tersebut, oleh karenanya etnis bukan saja sebagai simbol budaya semata namun kadangkala etnis juga sering ditunggangi untuk kepentingan politik kelompok tertentu.
Douglas dan Charles Tilly memaparkan, fenomena etnisitas sebenarnya hanyalah alat yang digunakan kelompok untuk mengejar suatu tujuan yang lebih besar. Sedangkan Lake David dan Rothchild, mengatakan konsepsi etnisitas tidak terlalu relevan kecuali apabila diperalat oleh elit politik yang ingin mencapai tujuan tertentu. Apa yang disampaikan oleh Douglas dan Tilly kemudian Lake dan Rothcild tersebut menunjukan bahwa sekelompok orang atau individu-individu selalu menggunakan peran etnis sebagai alat mobilisasi dalam memperjuangakan kepentingan politik dan merebut jabatan atau kekuasaan dimana mereka berada.
Dalam Pilkada langsung, misalnya di Kalimantan Barat, Sulawesi dan Bangka Belitung sebagai contoh penting, dalam berbagai kepentingan seperti kepentingan individu, partai, golongan, etnis, dan agama sering muncul dalam berbagai hajatan politik di tingkat lokal tersebut, dimana elit mengambil peran penting untuk memainkan peran tersebut dengan membangkitkan solidaritas etnis.  Hal ini dimungkinkan karena adanya ragam budaya dalam masyarakat majemuk, membuat masyarakat seringkali memunculkan sikap-sikap primordialisme. Itulah sebabnya primordial sering dipakai sebagai suatu varian politik identitas etnis, dimana identitas etnis akan tetap selalu dipertahankan karena dianggap bermanfaat sebagai basis masa suatu kelompok yang bisa digerakkan.

*Khairuddin Zacky, SH adalah: Ketua Dewan Pembina Keluarga Mahasiswa Bumi Khatulistiwa (KMBK) Kalbar di Yogyakarta Asal Kubu Raya.